Oleh : Agung Nugraha (Direktur Eksekutif Wana Aksara Institute)
Salah satu perubahan riil pasca perang dingin dan dimulainya era globalisasi adalah dinamika isu dan agenda pengelolaan sumberdaya alam (SDA). Bahwa keberadaan dan peran SDA semakin berkembang. Berperan kian penting dan strategis dalam arena politik internasional. Tak terkecuali bagi eksistensi NKRI.
Setidaknya terdapat empat rasionalitas. Pertama, globalisasi yang dicirikan cepatnya komunikasi dan mudahnya interaksi telah mendorong peningkatan perdagangan bahan material berbasis SDA. Kedua, pertumbuhan penduduk dunia sekaligus dampak pertumbuhan ekonomi pascapembangunan telah meningkatkan permintaan akan sumber-sumber energi, pangan, pakan, obat-obatan dan berbagai material SDA lainnya. Tiga, kemiskinan masyarakat negara-negara terbelakang telah memperburuk tingkat kerusakan SDA sebagai dampak pembangunan. Keempat, perubahan iklim, polusi, dan penurunan kualitas lingkungan telah menurunkan kualitas suplai SDA. Beberapa suplai jenis SDA bahkan sudah mencapai titik bahaya bahkan terancam punah keberadaannya. (Mas’oed. 2018).
Hutan sebagai bagian dari SDA dengan segala peluang dan potensinya tak luput dari dinamika posisi geopolitik penting dan strategis. Baik dalam konteks perwujudan kepentingan nasional NKRI maupun dalam memenangi kontestasi global. Untuk itu, setiap Rimbawan Indonesia mutlak dituntut paham geopolitik SDH. Sekaligus mampu mengejawantahkannya sebagai bagian dari aktualisasi kepentingan nasional melalui pembangunan kehutanan.
Menyadari bahwa geopolitik SDH masih relatif jarang diperbincangkan sementara keberadaannya semakin diperlukan, Dewan Kehutanan Nasional (DKN) bekerjasama dengan Wana Aksara Institute bermaksud menyelenggarakan sebuah webinar. Webinar tersebut merupakan bagian dari Serial Webinar dalam rangka Hari Jadi 60 Tahun Presiden Joko Widodo. Bertemakan “Tantangan dan Peluang Mewujudkan Peran Geopolitik SDH Menuju Indonesia 2045”. Menghadirkan narasumber dari beragam profesi dan kompetensi.
Terdapat lima pembicara sekaligus. Mulai Dr. Ir. Agus Justianto (Dirjen PHPL, KLHK), Dedi Mulyadi SH. (Anggota Komisi IV DPR RI, masih dalam konfirmasi), Drs. Yuri O. Thamrin (Diplomat senior sekaligus Duta Besar), serta Dr. Wawan H. Purwanto SH, M.Hum. (Deputy Komunikasi dan Informasi BIN). Dipungkasi narasumber dari dunia pers, yaitu M. Arief Suditomo (Media Group). Hadir pula Dr. Alue Dohong selaku Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang akan menyampaikan Keynote Speech sekaligus membuka Serial Webinar #2, Kamis, 22 Juli 2021 yang akan datang.
Geopolitik SDH
Kelimpahan sumberdaya hutan (SDH) sebagai bagian dari kekayaan SDA Indonesia dewasa ini juga kian menempati posisi penting dan strategis. Berbagai potensinya bagi pemenuhan berbagai kepentingan guna mewujudkan tujuan nasional, menjadikan SDH memiliki posisi geopolitik yang sangat penting dan strategis. Terlebih dalam konteks perwujudan seratus tahun kemerdekaan NKRI. Indonesia 2045.
Bukan hanya potensi dan peluang, problema yang menjadi tantangan atas keberadaan SDH juga tak kalah besar. Isu kerusakan hutan dan dampaknya terhadap kemiskinan masyarakat desa hutan menjadi salah satu agenda yang sangat relevan dengan pembangunan berkelanjutan dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG). Selain kemiskinan, kerusakan hutan dan lingkungan juga berkontribusi langsung terhadap isu pemanasan global dan perubahan iklim. Sebuah situasi yang menghantarkan Indonesia menjadi “bulan-bulanan” masyarakat internasional. Kebakaran hutan dan lahan yang hampir terjadi setiap tahun menjadi amunisi bagi negara-negara di dunia untuk menyerang dan memojokkan Indonesia. Meruntuhkan marwah sekaligus martabat Indonesia sebagai sebuah negara bangsa yang berdaulat.
Dalam konteks kesejarahan, isu energi, pangan, air, sumberdaya genetik dan sebagainya sebagai bagian dari SDA memiliki peran penting. Bahkan mampu mengendalikan arah dan tujuan negara – negara besar yang selama ini dikenal sebagai aktor utama dunia. Sang negara adidaya (super power). Melahirkan sejarah panjang kolonialisme di masa lalu dan neo kolonialisme di era modern. Konflik bahkan perang tak berkesudahan.
Energi dan pangan yang paling sederhana berawal dari kayu bakar membuat konstelasi negara pemilik hutan –sumber kayu- menjadi penting. Geopolitik hutan bergeser menjadi geopolitik lahan sejalan dengan berkembangnya populasi dunia yang membutuhkan kecukupan pangan. Warga dunia –dimanapun dan kapanpun- tak akan pernah bisa kekurangan pangan dan pakan. Negara bisa bertahan dan bahkan unggul tatkala memiliki kedaulatan dan kemandirian pangan. Maka, pertanian, perkebunan dan kehutanan memiliki geopolitik penting nan strategis. Pertanian, perkebunan –bahkan peternakan-, pada awalnya selalu berasal dari kawasan hutan. Karena itu, sekali lagi SDH memiliki posisi geopolitik yang sangat fundamental. Bagi kejayaan sebuah bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan negara bangsa.
Peta geopolitik SDA berubah total saat ditemukannya mesin uap yang menjadi cikal bakal revolusi industri. Termasuk berbagai mesin industri turunannya yang digerakkan batu bara, minyak, gas dan berbagai energi fosil lainnya. Menjadikan peta maupun bandul geopolitik SDA bergeser dari negara negara pemilik hutan ke negara-negara pemilik bahan bakar fosil. Hari ini, tatkala energi terbaharukan menjadi salah satu skema mempertahankan pertumbuhan ekonomi hijau sekaligus menyelamatkan kelestarian lingkungan dan mencegah dampak buruk perubahan iklim, maka para pemilik SDA terbaharui yang mampu menjadi sumber energi baru dan terbaharukan (EBT) memiliki posisi geopolitik nan penting lagi strategis. Termasuk sebagai penyerap emisi GRK. Salah satunya tak lain adalah SDH.
Menyadari realitas tersebut, setiap rimbawan harus dan wajib paham tentang geopolitik SDH. Pemahaman yang baik tentang geopolitik SDH akan memberikan kemampuan Rimbawan untuk mewujudkan peran dan kontribusi SDH dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita NKRI. Bukan hanya di tingkat nasional, namun juga dalam konteks percaturan komunitas global. Termasuk dukungan mewujudkan visi Indonesia 2045 yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo.
Peran SDH Menuju Indonesia 2045
Tak diragukan, geopolitik SDH sangat berperan dan berpengaruh bagi terwujudnya Indonesia 2045. Ya, Presiden Joko Widodo telah menetapkan visi satu abad Indonesia. Tepatnya Indonesia 2045. Menjelma menjadi arah dan pedoman dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat, maju, serta adil dan makmur. Sebagai pengejawantahan Trisakti dan Program Nawacita. Realisasi perwujudan visi besar tersebut telah mulai ditunaikan sejak periode pertama kepemimpinan sang presiden. Termasuk pembangunan di bidang kehutanan dan lingkungan hidup.
Hingga saat ini, pembangunan Indonesia dipastikan pada arah yang tepat menuju Indonesia 2045. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi inklusif dan merata. Didukung penuh peningkatan investasi hijau yang efisien dan kinerja ekspor yang semakin berdaya saing tinggi. Demi mendongkrak peningkatan penerimaan negara disertai penciptaan peluang usaha dan penyediaan kesempatan kerja yang cukup dan bermartabat. Salah satunya tentu yang berbasis SDH.
Selama tujuh tahun kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo konsisten menerapkan kebijakan dan program pembangunan secara terstruktur, sistematis, konkrit sekaligus terukur. Sebagai seorang presiden rimbawan sekaligus rimbawan yang presiden, kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah menempatkan pengelolaan dan pemanfaatan SDH untuk mendukung dan membantu pemenuhan berbagai kepentingan pembangunan sektor dan lintas sektoral. Itulah mengapa pada diri sang Presiden melekat sebutan Rimbawan Pascakayu. Rimbawan yang tidak lagi menjadikan kayu sebagai orientasi utama dan satu-satunya dalam kelola SDH.
Selain tetap memanfaatkan potensi hasil hutan kayu, Presiden Jokowi juga sangat berkomitmen meningkatkan nilai manfaat hasil hutan bukan kayu. Juga jasa lingkungan. Bahkan, Indonesia berupaya mengaktualisasikan salah satu megatrend globalisasi. Tak lain peningkatan migrasi penduduk antar negara, khususnya melalui kegiatan wisata berbasis alam. Selain potensi ekowisata, Indonesia ke depan juga harus berbasis potensi keberagaman sosial budaya masyarakat yang terdiri lebih dari 300 suku bangsa dan 742 bahasa. Potensi ekowisata Indonesia dengan kelimpahan hutan tropis dan keberadaan mega biodiversitinya sangat potensial bagi pengembangan ekowisata terbesar dunia.
Presiden Joko Widodo juga secara nyata telah meningkatkan peran SDH bagi pembangunan infrastruktur sosial, ekonomi dan budaya desa-desa pedalaman di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Targetnya jelas. Dalam upaya meningkatkan konektivitas yang akan mampu menopang pengembangan wilayah dan pembangunan pusat pusat pertumbuhan ekonomi yang adaptif terhadap perubahan iklim. Pengembangan infrastruktur tersebut juga sebagai upaya untuk memenuhi komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Itu semua belum seluruhnya. Sebagai bagian mewujudkan komitmen kedaulatan dan kemandirian ekonomi nasional berbasis ketahanan air, ketahanan pangan, serta ketahanan energi baru dan terbaharukan (EBT), maka peran geopolitik SDH difokuskan pada pembangunan bentang alam ekosistem secara keseluruhan. Melalui pemanfaatan dan penggunaan SDH berbasis fungsi DAS. Disertai percepatan realisasi program Perhutanan Sosial seluas 12,7 juta ha dan Reforma Agraria berbasis TORA seluas 4,2 juta hektar. Demi terwujudnya pemerataan akses dan keadilan masyarakat terhadap hak kelola SDH maupun akses penguasaan atas lahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
SDH juga memiliki peran geopolitik penting dalam pengembangan dan peningkatan kinerja sektor – sektor ekonomi strategis nasional lainnya. Sebut antara lain misalnya ketahanan pangan (food estate), kemandirian energi melalui energi baru terbarukan (EBT), pariwisata berbasis bentang alam (ekowisata), serta penyediaan jasa-jasa lingkungan. Hal ini didukung fakta bahwa sektor kehutanan mempunyai keterkaitan index (Forward linkage index) yang sangat tinggi. Dengan nilai 1,36, yang menempati posisi kedua setelah sektor pertanian. Makna dari keterkaitan tersebut adalah apabila fungsi SDH dan kinerja sektor kehutanan menurun, dipastikan akan berdampak terhadap pencapaian kinerja berbagai sektor strategis nasional lainnya
Penutup
Melihat betapa penting, strategis serta besarnya peran dan kontribusi maupun keterkaitan dengan sektor strategis nasional lainnya dalam mewujudkan Visi Indonesia 2045, maka sungguh sangat mutlak bagi setiap Rimbawan Indonesia di semua profesi untuk memahami konsep geopolitik SDH. Bukan hanya paham, namun juga harus mampu mengejawantahkan di setiap tugas dan tanggung jawab yang melekat pada profesi masing-masing. Kapanpun dan dimanapun.
Ungkapan di atas sangat gayut dan relevan sebagaimana pernyataan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ir. Siti Nurbaya, MSc dalam pidato sambutannya pada Webinar #1, 28 Juni 2021 lalu. Bahwa, Serial Webinar ini akan secara obyektif dan adil membuat jadi jelas apa yang sesungguhnya terjadi. Dapat mengungkap secara obyektif. Lebih dari itu, yang penting akan membangun dukungan para Rimbawan Indonesia dalam in-group feeling rimbawan yang kuat. Dibalut cita-cita dan norma Rimbawan Indonesia sebagaimana tercantum dalam 9 Nilai Dasar Rimbawan. Jujur, tanggung jawab, ikhlas, disiplin, visioner, adil, peduli, kerjasama dan profesional.
Karena itu, Serial Webinar #2 dari lima serial webinar dalam rangka Hari Jadi 60 Tahun Presiden Joko Widodo bertema “Tantangan dan Peluang Mewujudkan Peran Geopolitik SDH Menuju Indonesia 2045” ini diharapkan bisa membangun konsolidasi. Melalui penguatan pemahaman konsep geopolitik SDH setiap Rimbawan. Dengan Keynote Speaker Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Alue Dohong diharapkan akan memberikan pemahaman akan dasar-dasar geopolitik SDH. Dengan para narasumber dari beragam profesi dan kompetensi akan mendorong Rimbawan untuk tidak terkungkung dan lebih berorientasi keluar alias “outward looking”. Sekaligus akan memperkaya wawasan kebangsaan Rimbawan. Sekali lagi, jangan sampai terlewatkan. Catat agenda webinarnya.
Wana Aksara Institute is inviting you to a scheduled Zoom meeting.
Topic: SERIAL WEBINAR #2 60 TAHUN PRESIDEN JOKO WIDODO : TANTANGAN DAN PELUANG MEWUJUDKAN PERAN GEOPOLITIK SDH MENUJU INDONESIA 2045
Time: Jul 22, 2021 09:00 AM Jakarta
Link pendaftaran Webinar #2 :
https://bit.ly/DaftarWebinar60thJokowiKe-2
Link zoom Join Zoom Meeting :
https://zoom.us/j/6723143933?pwd=MnNramprSFlQOUlpZ2hRNW9yYk5yZz09
Meeting ID: 672 314 3933
Passcode: WA473891
Pastikan tidak melewatkan kesempatan. Apalagi kehilangan momentum webinar langka ini. Mari bergabung bersama demi Rimbawan yang melek geopolitik. ***
Sebaiknya materi Geopolitik SDH masuk di lembaga Lembaga Diklat LHK