Oleh : Agung Nugraha (Direktur Eksekutif Wana Aksara)
Gaung euforia itu menggema. Merasakan kebahagiaan mendalam. Tatkala, mimpi sang rimbawan mewujud nyata. Berhasil meraih kepemimpinan tertinggi NKRI. Menjadi Presiden RI. Ya, Seorang rimbawan yang presiden, sekaligus seorang presiden yang rimbawan. Tak lain Presiden Joko Widodo.
Namun pasca pengumuman kabinet, sejenak muncul kekagetan. Disertai beragam pertanyaan. Bahkan gugatan. Dari hampir seluruh rimbawan. Kementerian Kehutanan yang saat itu sudah memiliki porto-folio dan kerja aksi lapangan yang sangat banyak digabung dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Kementerian yang saat itu tanpa porto-folio, yang lebih bersifat koordinatif dan kebijakan.
Tulisan ini bertujuan saling berbagi. Mewartakan rasionalitas mengapa kedua kementerian di atas digabung. Termasuk menyampaikan paradigma baru yang diusung sang presiden sebagai konsekuensi keputusan besar itu. Setidaknya selama 7 tahun terakhir kepemimpinan sang presiden rimbawan. Secara riil dan konkrit.
Menyatunya LH dan Kehutanan
Sungguh menjadi sebuah momentum. Kesempatan menyampaikan secara terbuka kepada seluruh Rimbawan Indonesia. Bahwa sesungguhnya merupakan rancangan Yang Maha Kuasa. Ketika garis takdir menetapkan Presiden RI ke-7 adalah seorang Rimbawan. Karenanya telah menjelma menjadi sebuah keniscayaan. Secara pasti Indonesia akan mampu menyelesaikan berbagai problema kemasyarakatan. Terutama yang berkaitan dengan subyek hutan dan kehutanan.
Sangat penting berbagi informasi kepada seluruh Rimbawan Indonesia menyangkut karunia itu. Bagaimana membumikan kerangka makro, pendekatan, program hingga aktualisasi visi, misi dan komitmen seorang presiden rimbawan. Beserta hasil-hasil kerjanya mewujudkan dedikasi selama 7 tahun ini. Menuju tercapainya tujuan nasional Indonesia. Khususnya pada perspektif dan subyek kehutanan.
Rasionalitasnya sangat jelas. Terang benderang. Indonesia merupakan negara besar. Kurang lebih 63 persen wilayah daratannya -atau setara luas 120,6 juta hektar- adalah kawasan hutan. Tampak jelas bahwa seorang Presiden Jokowi yang Rimbawan, melihat semua persoalan di atas sebagai satu rangkaian. Integratif jangka panjang. Bukan parsial jangka pendek sesaat.
Karenanya, penggabungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup kepada Kementerian Kehutanan merupakan sebuah terobosan besar. Keduanya bergabung menyatu menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Konseptualisasi penggabungan ini sangat mendasar. Logis dan penuh rasionalitas. Kehutanan adalah sumber daya alam utama yang menyentuh masyarakat. Hingga ke tingkat grass root yang sangat luas. Konsep lain penggabungan ini, juga bahwa lingkungan dan sumberdaya alam sebagai satu mata uang dengan dua sisi. Benar-benar dua sisi yang berbeda namun menyatu dan tak terpisahkan.
Dengan konsep itu pula, maka sebenarnya meletakkan Kehutanan dan Lingkungan dalam satu manajemen adalah sebuah keniscayaan. Lebih jauh, kehutanan dan lingkungan memiliki hubungan kausalitas yang kuat. Sebagai dasar formulasi kebijakan-kebijakan. Guna menjawab berbagai permasalahan bangsa. Semua itu telah dilakukan dalam 7 tahun sejak kelahiran KLHK hingga pada saat ini.
Dalam pendekatan ini, paradigma tata kelola hutan harus bergeser. Dari semula paradigma “ timber management” menjadi paradigma “forest landscaspe management.“ Bisa pula disebut dari semula era pembangunan kehutanan konvensional berorientasi ekstraksi kayu. Berubah. Menjelma menjadi era kehutanan pascakayu.
Kehutanan Pascakayu
Perubahan-perubahan dimaksud, merupakan perubahan peradaban kehutanan. Sangat mendasar. Bukan hanya bersifat nomenklatur. Atau sekedar menyentuh kulit luar dan permukaan yang masih sangat prematur. Lebih dari itu, akan bahkan telah pula merubah secara nyata sistem dan nilai-nilai yang menjadi kultur.
Mewujud dalam langkah kerja keseharian. Dalam evolusi kebijakan. Dalam operasional dan implementasi kerja. Seluruhnya melibatkan tidak hanya jajaran pemerintah, tetapi juga semua elemen terkait aktivitas bidang kehutanan. Pada akhirnya akan sampai pada suatu revolusi mental. Sesuatu yang tidak mungkin dapat menghindar lagi. Apalagi diabaikan.
Paradigma pembangunan bidang kehutanan yang dikembangkan di era Presiden Jokowi, menjadi sangat realistis. Sungguh relevan menjawab permasalahan yang ada. Tak kalah penting selanjutnya bagaimana dan apa yang harus dilakukan ke depan. Dengan kata lain. Sesungguhnya ideologi kehutanan pascakayu lahir sebagai antitesis. Pendekatan paradigma baru. Mewujudkan era baru dimana kayu tidak lagi menjadi orientasi utama, apalagi satu-satunya. Melainkan harus menyeimbangkan pula hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan hingga karbon. Dengan mengusung konsep kehutanan pascakayu, banyak aspek pembangunan bidang kehutanan telah mengalami penyesuaian selama tujuh tahun terakhir ini. Nyata dan konkrit. Dengan berbagai langkah korektif (corrective actions).
Penutup
Literasi adalah prasasti. Sejarah adalah kumpulan narasi. Memberikan gambaran utuh dan obyektif kinerja dan prestasi. Berbagai fakta empirik kerja keras komuniti di setiap negeri.
Menyadari adagium tersebut, melakukan kompilasi berbagai catatan terserak agar bisa menjelma menjadi sebuah prasasti konsep pemikiran Presiden Joko Widodo menjadi sebuah keniscayaan. Sebagai bagian dari ikhtiar memotret dan mendokumentasikan seluruh proses dan tahapan catatan penanda. Dalam mewujudkan revolusi mental kehutanan pascakayu.
Dengan berbagai paparan di atas, upaya menerbitkan berbagai dialektika kehutanan pascakayu yang berkembang selayaknya didukung penuh. Termasuk penjelasan-penjelasan konseptual teknisnya. Dengan keyakinan tulisan dan narasi di atas akan sangat bermanfaat. Tidak saja dalam ciri leadership kepemimpinan nasional yang makro. Namun sekaligus riil. Kepemimpinan yang berciri overview, namun sekaligus detil. Berkarakter analitis policy excercises termasuk teoritik, tapi sekaligus berbasis bukti lapangan dan empirik. Sangat sejalan dengan perkembangan keadaan. Itulah ciri pada sosok Presiden Rimbawan sekaligus Rimbawan Presiden. Tak lain Rimbawan RI-1. Presiden Joko Widodo.
Akhirnya, pada kesempatan hari jadi 60 Tahun Presiden Joko Widodo ini, mari bersama-sama mempersembahkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Seraya berdoa semoga Presiden Jokowi selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Senantiasa dilimpahkan kesehatan dan kekuatan dalam menunaikan panggilan sejarah. Tugas mulia memimpin bangsa dan negara Indonesia tercinta. Aamiin YRA.
***Tulisan bersumber dari naskah pidato Keynote Speech Menteri LHK, Dr. Ir. Siti Nurbaya, MSc pada Serial Webinar 60 Tahun Presiden Joko Widodo, 28 Juni 2021, tanpa perubahan substansi.