oleh: Dr. Ir. Untung Iskandar (Rimbawan Profesional)
Hari ini era SDM. Presiden Joko Widodo mengungkapkan hal itu di berbagai forum dan kesempatan. Lebih jauh, sang presiden bahkan mendorong para rektor perguruan tinggi di Indonesia. Untuk mencetak mahasiswa menjadi sumber daya manusia (SDM) yang produktif, inovatif, serta kompetitif. Untuk apa lagi kalau bukan untuk menyongsong Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi. Jokowi menyebutkan bahwa Perguruan Tinggi (PT) dalam mengembangkan SDM Unggul Butuh Cara Out of the Box.
Simak dinamika Indonesia hari ini yang sangat membutuhkan infrastruktur yang efisien. Sudah mulai dibangun dan memberikan dampak nyata. Indonesia juga membutuhkan cara kerja yang cepat, kompetitif, dan beroritentasi hasil. Untuk itu, SDM unggul, produktif, inovatif, dan kompetitif adalah sebuah keniscayaan. Posisi strategisnya terletak di pendidikan tinggi. berperan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mencetak generasi muda yang produktif dan kompetitif. Dengan mental dan komitmen untuk selalu berjuang demi kemanusiaan dan kemajuan Indonesia.
Tentang cara-cara out of the box, harus hati hati menerapkannya. Tidak boleh menyimpang apalagi keluar dari pakem ideologi Pancasila. Sebuah pegangan hidup yang menjadi konsesus Nasional. Pancasila yang dari dulu hingga hari ini tidak berubah. Selamanya tetap Pancasila. Bukan direduksi menjadi Trisila apalagi Ekasila.
Untuk mewujudkan SDM unggul, menarik ungkapan Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI), Arif Satria. Menurutnya, perlu ada kerja sama antara kampus dengan pemerintah. Prinsipnya kampus-kampus sedang bertransformasi untuk berperan dalam perubahan ini. Salah satu problemnya. Kualitas kampus-kampus nasional belum merata. Sehingga perlu kerja sama pemerintah dan FRI untuk menjahit konektivitas antar kampus. Harapannya terjalin kolaborasi produktif. Untuk peningkatan kualitas. Terlebih pada saat ini Bangsa Indonesia tengah menghadapi situasi ketidakpastian dan ketidaknormalan.
Lebih jauh, capaian target di atas memerlukan pemikiran yang selalu dinamis dan adaptif terhadap perubahan. harus berani meninggalkan sekaligs menanggalkan fixed mindset yang akan membuat stagnan. Dengan growth mindset menjadi pembelajar yang lincah dan tangguh, serta mampu membuat lompatan-lompatan. Intinya. Bangsa indonesia hanya bisa maju kalau berani melakukan lompatan-lompatan ke depan. Lebih jauh, bangsa ini tidak bisa berjalan linier-evolusioner. Melainkan perlu gebrakan eksponensial.
Membumikan Konsep Out Of The Box
Membahas issue out-of-the box bidang pendidikan, mengingatkan saya pada konsep Anies Baswedan. Terdapat tiga komponen utama yang mendasar dalam pendidikan masa depan. Meliputi pendidikan dan pengajaran karakter. Kedua, kompetensi. Terakhir literasi.
Komponen Karakter terdiri dari karakter moral, meliputi iman, takwa , jujur, dan rendah hati. Sementara karakter kinerja meliputi kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, tangguh, dan ulet. Sementara komponen kompetensi terdiri dari empat kompetensi utama. Mulai dari berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif atau mampu bekerjasama. Terakhir, komponen literasi atau keterbukaan wawasan. Komponen ini meliputi literasi baca, literasi budaya, literasi teknologi, serta literasi keuangan. Seluruhnya diyakini mampu membentuk karakter dan kompetensi. Saya pribadi berpendapat perlu tambahan dua komponen lain. Yaitu literasi manajemen (kuantitatif dan deskriptif) dan literasi manufacturing.
Harapan Presiden Jokowi dapat dipenuhi dengan intensifikasi pendidikan STEM oleh guru dan dosen pakar di bidang tersebut. STEM merupakan akronim dari Science,Technology, Engineering, dan Mathematics. Istilah ini pertama kali diluncurkan oleh National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat (AS) pada tahun 1990-an. Sebagai tema gerakan reformasi pendidikan untuk menumbuhkan angkatan kerja bidang-bidang STEM. Termasuk mengembangkan warga negara yang melek STEM (STEM literate). Juga meningkatkan daya saing global Amerika Serikat dalam inovasi iptek (Hanover Research, 2011).
Pendidikan STEM telah menjadi topik utama diskusi dan perencanaan di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir ini. Sejumlah laporan, seperti “Raising Above Gathering Storm,” (US National Academies, 2005), menekankan bahwa daya saing USA bergantung pada program pendidikan yang kuat. Yang mempersiapkan para ilmuwan dan insinyur inovatif yang akan memberikan inovasi yang amat penting bagi perkembangan ekonomi USA di era teknologi ini.
Dari sekolah dasar hingga sekolah menengah STEM -sains, teknologi, teknik, dan matematika- adalah topik hangat dalam pendidikan. Menurut Departemen Perdagangan USA (Department of Commerce), pekerjaan yang terkait dengan STEM diperkirakan akan tumbuh sebesar 17 persen pada tahun 2018. Sedangkan pekerjaan yang tidak terkait STEM hanya diperkirakan akan tumbuh 9,8 persen. Departemen Perdagangan juga menyatakan bahwa mereka yang memiliki gelar terkait STEM mendapatkan lebih banyak pendapatan. Dibanding yang tidak memiliki gelar terkait STEM. Bahkan jika bekerja di bidang non-ilmiah. Namun, saat ini hanya sepertiga dari gelar sarjana yang diperoleh berada di bidang STEM. Bahkan lebih rendah untuk wanita dan minoritas.
Indonesia saat ini sedang berupaya mengembangkan sistem revolusi industri 4.0. Diyakini akan membutuhkan banyak sumber daya manusia yang ahli dalam bidang ekonomi digital. Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia (SDM) bermutu di Indonesia, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) akan fokus pada pengembangan STEM. Yang menjadi fokus pengembangan, di perguruan tinggi. Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia tersebut, pihak kementerian akan memperbanyak penerimaan pendidikan S3 melalui jalur penelitian atau riset.
STEM dan PISA
Saya berpendapat bahwa mutu pendidikan STEM tidak dapat dipisahkan dari score PISA (Programme for International Student Assessment – OECD). PISA adalah program penilaian berkelanjutan yang menawarkan wawasan untuk kebijakan dan praktik pendidikan. Membantu memantau siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di berbagai negara di subkelompok demografis yang berbeda di setiap negara. Hasil PISA mengungkapkan hasil pendidikan dan pengajaran dengan menunjukkan kelompok siswa yang berprestasi tinggi. Dapat menjadi indikator kecepatan pengembangan sistem pendidikan.
Lebih dari satu dari empat siswa di Beijing-Shanghai-Jiangsu-Guangdong (Cina), Hong Kong (Cina), Singapura dan Chinese Taipei adalah siswa berprestasi dalam matematika. Artinya mereka dapat menangani tugas yang membutuhkan kemampuan merumuskan situasi kompleks secara matematis, menggunakan representasi simbolik.
Daratan Cina adalah pemenang besar dalam skor yang baru dirilis pada Program Penilaian Siswa Internasional. Menguji siswa 15 tahun di puluhan negara dalam matematika, membaca dan sains setiap tiga tahun. Dengan 600.000 siswa dari 79 negara dan sistem sekolah pada tahun 2018, empat provinsi di Cina – secara kolektif berada di peringkat No. 1 dalam ketiga mata pelajaran.
Hasil PISA 2018 untuk Penilaian Siswa Internasional baru saja dirilis. Sekali lagi, tes ini diberikan setiap tiga tahun kepada anak-anak berusia 15 tahun di seluruh dunia. Siswa Tiongkok dan Singapura berada di puncak dalam tiga subyek. Siswa dengan kinerja terbaik di ketiga mata pelajaran berada di Cina. Mereka bersekolah di sekitar Beijing dan Shanghai. Serta dua provinsi lain. Jiangsu dan Zhejiang. Singapura berada di posisi kelima dalam studi ini. Secara keseluruhan, hasil tes menunjukkan siswa Amerika memperoleh nilai di atas rata-rata dalam membaca dan sains. Tetapi di bawah rata-rata dalam matematika.
Dari komentar-komentar di atas, nampak bahwa STEM dapat diperluas menjadi STEMMM – dengan menambahkan Management dan Manufacturing. Kedepannya, dapat ditambahkan satu M lagi untuk Marketing. Intinya, pendidikan perguruan tinggi perlu membentuk atau menumbuhkan ke-wirausahaan (entrepreneurship) bidang manufacturing dan industri jasa. Atau, jasa yang melayani industri. Misalnya digital proficiency. Pentingnya kewirausahaan adalah menyalurkan kreativitas dan daya inovasi mahasiswa dan siswa.
Penutup
Presiden Joko Widodo mendorong dan menghendaki terbinanya sumber daya manusia (SDM) unggul guna menyongsong Indonesia menjadi negara industri. Manusia unggul dimaksud mampu menerapkan cara kerja yang cepat, kompetitif, dan beroritentasi pada hasil.
Paparan diatas menunjukkan bahwa pendidikan STEM dapat menghasilan SDM unggul. Seperti dikehendaki Presiden. Namun STEM tidak dapat berjalan sendiri. Sejak dini siswa sudah perlu diajarkan matematika, science, rekayasa (engineering), modern manufacturing dan kebiasaan literasi – membaca ilmu dan pengetahuan (reading habit) yang produktif. Guru-guru nya sebaiknya top scorers bidang-bidang matematika. Bidang science dan produsen-produsen tulisan bermutu tentang STEM.
Agar siswa nyaman dengan pengajaran STEM, sistem pendidikan Indonesia perlu disesuaikan dengan standard PISA (matematika, science/ilmu pengetahuan) dan kemampuan literasi yang handal.
Landasan semua perkembangan mutu SDM itu adalah tiga komponen pendidikan. Meliputi karakter, kompetensi, dan literasi.
Dalam prioritas jangka pendek pendidikan dan pengajaran literasi perlu ditingkatkan intensitasnya. Untuk membentuk siswa menjadi manusia unggul. Selama ini banyak Perguruan Tinggi telah menawarkan program MBA – Master of Business Administration di Pogram Studi Ekonomi dan Bisnis. Ke depan mestinya, sesuai dengan fokus STEM, program MBA dapat masuk ke program-program studi STEM.