Agung Nugraha (Direktur Eksekutif Wana Aksara Institute)
Jumat 28 November 2019 adalah hari spesial untuk para rimbawan. Ya, pada hari itu para rimbawan penanam kebaikan memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI). Sebuah monumen peringatan yang ditetapkan sepuluh tahun lalu oleh Presiden SBY. Melalui Keputusan Presiden RI No. 24 Tahun 2008 Tentang Hari Menanam Pohon Indonesia. Dimaksudkan sebagai momentum dijadikannya kegiatan menanam pohon sebagai sebuah visi kehidupan. Terinternalisasi dalam setiap tarikan nafas. Menjelma menjadi kultur kehidupan sehari-hari.
Setiap rimbawan pantas melakukan refleksi. Lebih banyak manakah kegiatan sepanjang pengabdian yang mereka lalui. Menebang pohon untuk mereguk pundi – pundi. Ataukah lebih banyak menanam budi. Dalam bentuk penanaman pohon rehabilitasi.
Ya, menebang dan menanam pohon ibarat dua sisi dalam sekeping mata uang. Menyatu tak terpisahkan. Pertanyaannya, mana yang lebih dominan diantara keduanya. Itulah refleksi visi dan misi profesi sebagai seorang rimbawan. Tercermin secara konkrit dan nyata di lapangan. Potret hari ini kondisi hutan dan lahan. Hijau dan penuh kelimpahan kehidupan. Atau sebaliknya. Kering dan tandus diintai kutukan. Dalam wujud kematian. Bahkan ancaman kepunahan. Quo vadis ?
Mencari Kisah Sukses Rehabilitasi
Pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang abai terhadap prinsip-prinsip kelestarian selalu bermuara pada satu kepastian. Degradasi dan deforestasi hutan dan lahan. Hal itu sudah pasti akan menurunkan fungsi lingkungan. Dalam mendukung sistem penyangga kehidupan. Termasuk dipastikan akan menurunkan produktivitas hutan dan lahan.
Sebuah kondisi yang akan berdampak hilangnya peran sosial ekonomi sumberdaya hutan. Bagi kelangsungan dan keberlanjutan kehidupan. Dalam berbagai lintasan zaman. Tidak ada kegiatan lain selain rehabilitasi hutan dan lahan. Untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan rusak dan kekritisan lahan. Bagaimanapun, keberadaan kegiatan rehabilitasi secara historis sama tuanya dengan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan.
Secara sosiologis, kegiatan rehabilitasi telah ada sejak masyarakat menyadari keberadaan kerusakan hutan dan lahan secara massif. Artinya, kegiatan rehabilitasi telah ditunaikan sejak lama. Di berbagai belahan dunia dalam periode waktu sangat panjang. Dengan melibatkan partisipasi berbagai pihak.
Jujur. Harus diakui sesungguhnya telah banyak realisasi program sekaligus capaian kinerja rehabilitasi hutan dan lahan. Termasuk jauh sebelumnya dengan berbagai bentuk kelembagaan kelola DAS. Baik dalam upaya pengelolaan DAS, konservasi tanah dan air, perlindungan hutan lindung, pengembangan perbenihan tanaman hutan, rehabilitasi dan reklamasi serta pemulihan fungsi sungai. Mulai pada tahap perencanaan ataupun pada tahap implementasinya.
Persoalannya, berbagai daya dan upaya yang mencerminkan perjuangan rehabilitasi di tingkat tapak tidak pernah didokumentasikan dengan baik. Mulai dari gagasan atau ide awal. Tahapan perencanaan. Proses mobilisasi partisipasi masyarakat. Hingga dampak dan manfaatnya bagi publik secara luas.
Betapa banyak kisah-kisah sukses yang mencerminkan kerja militan dan penuh dedikasi berpayung moralitas. Yang awalnya dicaci dan dicemooh. Pada akhirnya justru dinikmati masyarakat luas. Termasuk para pihak yang semula mengabaikan bahkan menolaknya.
Rehabilitasi Sumber Inspirasi
Berbagai kisah menyentuh dan mengundang inspirasi kegiatan rehabilitasi tidak pernah dicatat. Apalagi didokumentasikan. Untuk dirangkum menjadi sebuah narasi utuh penuh makna.
Alih-alih dicatat dan didokumentasikan. Yang terjadi di lapangan kisah-kisah sukses tersebut justru diaku dan diklaim sepihak oleh lembaga dan pihak lain. Sebagai keberhasilan mereka. Berbagai plang papan nama disertai logo lembaga donor asing atau institusi swasta justru telah merebut kisah-kisah perjuangan tanpa pamrih para pahlawan rehabilitasi.
Yang paling ironis. Semua itu kemudian meminggirkan bahkan menegasikan keberadaan dan kontribusi masyarakat. Termasuk peran dan kontribusi kelembagaan DAS. Sebuah situasi yang kemudian melahirkan sesat pikir di kalangan masyarakat luas dan para pihak. Atau memang itu refkeksi kelemahan bahkan kebodohan rimbawan sendiri. Wallahualam.
Faktanya. Rehabilitasi terbukti mampu menghijaukan kembali kawasan hutan rusak dan lahan kritis. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Bahkan tidak sedikit yang menjadikan daerah yang semula tandus. Kering kerontang dan miskin menjelma menjadi sebuah ekosistem hijau. Sarat dengan kelimpahan potensi sosial ekonomi SDH bagi kemakmuran rakyat.
Mendatangkan berbagai komunitas lain untuk melihat. Mendengar dan mengkaji kisah-kisah jatuh bangun. Hingga keberhasilan menunaikan rehabilitasi hutan dan lahan. Bukan hanya sebagai sebuah refleksi. Namun yang tak kalah penting juga sebagai apresiasi.
Merujuk pengalaman buruk di atas, sudah saatnya dilakukan penggalian, identifikasi dan dokumentasi atas berbagai kisah-kisah heroik rehabilitasi partisipatif, terbuka dan komprehensif. Semuanya harus dinarasikan dan dibagikan kepada publik maupun para pihak. Tanpa kecuali.
Bukan hanya bisa menjadi sumber inspirasi. Harapannya justru bisa menjadi catatan kecil yang akan diwarisi. Lebih dari itu, bisa menebarkan visi, nilai-nilai dan persepsi. Yang paling penting, bisa menjadi sebuah model bagi sebuah upaya duplikasi dan repetisi kegiatan rehabilitasi. Diteruskan dan dilanjutkan ke berbagai wilayah dan komunitas lain di seluruh Indonesia secara lintas generasi.
Penutup
Instruksi Presiden Joko Widodo pada pidato pelantikan Kabinet Indonesia Maju (KIM) memberikan pesan yang sangat jelas. Bahwa, dalam lima tahun ke depan setiap Kementerian dan Lembaga di lingkup pemerintahan harus mampu menghasilkan dampak dan manfaat program yang bersifat outcome. Aparat Pemerintah harus berani mengambil langkah terobosan. Menciptakan sesuatu yang baru sebagai wujud pengembangan inovasi dan kreativitas. Sekaligus mampu menghasilkan perubahan dalam kerangka terwujudnya kesejahteraan rakyat.
Dengan mengacu pada konsep TRI SAKTI dan NAWA CITA. Presiden Joko Widodo telah meminta agar semua jajaran Menteri mampu membangun sebuah landasan bagi terwujudnya satu abad Indonesia. Visi Indonesia 2045. Terwujudnya Indonesia yang maju, berdaulat adil dan makmur.
Karena itu, semua Lembaga dan Kementerian wajib menghasilkan program-program yang nyata dan konkrit di lapangan. Dalam konteks KLHK, maka keberhasilan kinerja tersebut antara lain tercermin dari kemampuan Kementerian dalam menurunkan luas lahan kritis dan hutan rusak. Sekaligus meningkatkan produktivitasnya. Termasuk keberhasilan meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan kerja. Penyelesaian konflik hutan dan lahan. Bahkan penurunan emisi gas rumah kaca.
Instruksi Presiden Joko Widodo sangat relevan. Selama ini berkembang pertanyaan. Bahkan gugatan. Terutama di kalangan para pemangku kepentingan. Termasuk publik secara umum. Terkait dengan sejauh mana kinerja Direktorat Jenderal PDAS dan Hutan Lindung. Ditjen PDASHL yang identik dengan kegiatan rehabilitasi menuai kritikan dan gugatan. Sejauh mana program rehabilitasi mampu meningkatkan fungsi DAS. Termasuk meningkatkan daya dukung DAS pada kawasan hutan lindung dan luar kawasan hutan. Melalui pengelolaan DAS secara lebih efisien, optimal, adil dan berkelanjutan.
Lebih jauh. Apakah kegiatan rehabilitasi yang dilakukan Ditjen PDASHL selama ini telah memberikan outcome yang konkrit dan nyata. Dalam upaya mengurangi luasan lahan kritis dan hutan rusak pada DAS Prioritas. Sehingga akan dapat mengurangi resiko bencana alam.
Tak terkecuali pertanyaan dan gugatan apakah program rehabilitasi telah mampu meningkatkan investasi dan mampu membantu pengembangan perekonomian. Dalam rangka mendongkrak kesejahteraan masyarakat. Termasuk pengembangan cluster industrialisasi dan hilirisasi melalui pengembangan usaha berbasis komoditas kehutanan.
Tak bisa ditunda lagi. Semua itu ada pada kisah sukses rehabilitasi. Yang terserak tersebar di berbagai provinsi. Dengan melibatkan partisipasi komuniti. Kini saatnya mengungkap dan berbagi kisah sukses rehabilitasi yang menginspirasi. Untuk menjadi bahan repetisi dan duplikasi di seluruh anak negeri. Selamat Hari Menanam Pohon Indonesia. Bravo rimbawan penanam kebaikan.***
Jika iptek dan niat baik disatukan dalam penjiwaan, apapun kondisi hutan mampu meberikan manfaat, dan yang penting berani praktek.
Jika iptek dan niat baik disatukan dalam penjiwaan, apapun kondisi hutan mampu meberikan manfaat, dan yang penting berani praktek.