Pada hari Senin, 22 Februari 2021 telah diselenggarakan pertemuan (kelas) kedua dari rangkaian kegiatan kursus daring “Environment, Development, and Governance in Indonesia: Theories, Issues, and Trends” (EDG Online Course). Kursus ini diselenggarakan atas kerja sama antara Sebijak Institute UGM, Forest and Society Research Group UNHAS, Dala Institute, dan American Institute for Indonesian Studies (AIFIS).
Sebelumnya, pada tanggal 15 Februari 2021, telah dilaksanakan pertemuan pertama EDG Online Course yang memuat kegiatan penjelasan terkait tujuan dan mekanisme kursus ini oleh para Course Leaders dan Class Instructors. Untuk diketahui, Course Leaders pada kursus ini adalah Dr. Micah R. Fisher (Hawaii University/FS Research Group UNHAS), Prof. Dr. Ahmad Maryudi (Sebijak Institute UGM), Dr. Muhammad Alif K Sahide (FS Research Group UNHAS), Dr. Nurul Hasfi (Universitas Diponegoro), and Dr. Rodd Myers (Dala Institute). Para Course Leaders ini didampingi oleh Teaching Assistant yaitu Dwi Laraswati (Kandidat Doktor Fakultas Kehutanan UGM) dan Karno B. Batiran (Kandidat Doktor Fakultas Kehutanan UNHAS).
Kursus daring ini diikuti oleh 60 orang peserta yang terklasifikasi pada berbagai bidang pekerjaan. Dominan diantaranya adalah mereka yang sedang proses penyelesaian studi Doktoral yang tersebar dari berbagai universitas dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, terdapat pula diantaranya yang bekerja di instansi pemerintahan, NGO/CSO (lokal dan internasional), jurnalis, dan lembaga penelitian.
Kegiatan EDG Online Course ini dilaksanakan selama 15 kali pertemuan berturut-turut setiap pekan, dengan pembahasan berbeda setiap minggunya. Setiap pembahasan dipandu oleh Invited Speaker berbeda yang ahli pada bidangnya masing-masing. Kursus daring ini menggunakan aplikasi Zoom Meeting Cloud pada pelaksanaan setiap pertemuan kelasnya.
Pada pertemuan kedua ini, EDG Online Course mengangkat tema “What is Political Ecology?” yang difasilitatori oleh Prof. Dr. Krisnawati Suryanata. Beliau merupakan Professor di Department of Geography and Environment-College of Social Science University of Hawaii at Manoa, USA. Prof. Krisna merupakan pakar dalam ekologi politik dan juga ahli dalam studi ilmu tanah dan remote sensing.
Pada ruang kelas kursus, Prof. Krisna memulai pemaparannya dengan menjelaskan latar belakang pendidikan yaitu menyelesaikan studi sarjananya di IPB Bogor dan melanjutkan program studi pascasarjananya di UH Manoa dan meraih gelar Ph.D di University of California, Berkeley. Melalui hal itu, beliau menyampaikan bidang keilmuannya saat studi sarjana terkait ilmu tanah, dan memberikan gambaran bagaimana ilmu tanah dan ilmu ekologi lainnya dikaitkan dengan bidang kelimuan ekonomi politik sehingga muncul kajian tentang Ekologi Politik.
Pada sesi berikutnya, Prof. Krisnawati membagi peserta ke dalam 6 kelompok dengan tugas mendiskusikan 6 topik berbeda yaitu, (1) Bencana Kelaparan; (2) Degradasi Terumbu Karang; (3) Kebakaran Hutan; (4) Banjir di Jakarta; (5) Kemiskinan Nelayan; dan (6) Polusi Plastik. Setiap kelompok dibagi pada ruang tersendiri masing-masing melalui fitur Breakout Room Zoom. Pada sesi diskusi kelompok, setiap kelompok diminta untuk memberikan argumentasi terkait “Penyebab Langsung” dan “Akar Permasalahan” setiap topik yang diberikan. Sesi diskusi kelompok ini dilaksanakan selama 10-15 menit, di mana dalam proses diskusi tersebut, setiap kelompok dipandu oleh Course Leaders EDG.
Setelah selesai diskusi kelompok, setiap peserta diarahkan kembali ke Main Room Zoom untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya dan ditanggapi atau dikonfirmasi oleh Prof. Krisna. Karena keterbatasan waktu maka tidak semua topik dapat didiskusikan secara mendalam dalam kelas ini. Namun, semua topik dibahas dengan menyoroti hal-hal substansial di dalamnya. Topik yang paling mendapat sorotan dan lama didiskusikan dalah terkait Banjir di Jakarta dengan memperluas skala pembahasannya pada isu banjir secara umum di Indonesia.
Pada sesi ini, Prof. Krisna banyak menerangkan tentang bagaimana konsep dasar Ekologi Politik dan bagaimana kerangka konseptual itu digunakan dalam menganalisa setiap isu-isu lingkungan. Prof, Krisna menekankan bahwa pembahasan Ekologi Politik merupakan isu multidisiplin yaitu menyaratkan hadirnya pemahaman yang baik tentang ekologi sekaligus ilmu sosial, utamanya ekonomi politik.
Prof. Krisna menutup presentasinya dengan menerangkan 4 unsur penting yang perlu dipahami dalam konsep Ekologi Politik yaitu, (1) Bersifat Multi Skala (menelusuri faktor penyebab di luar lingkungan setempat); (2) Warisan Sejarah (menelusuri asal-usul struktur ekonomi politik dan norma yang berlaku); Akses/Penguasaan Hak (bahwa setiap kelemebagaan sosial yang ada dapat ditantang, diperkuat, dan bahkan diubah); dan (4) Politik Formal dan Informal (memahami sengketa, negosiasi, kesepakatan informal yang beririsan dengan peraturan/kebijakan yang berlaku).
Sebagai upaya penyebarluasan ilmu pengetahuan, kursus EDG ini juga ditayangkan melalui Livestreaming Youtube Channel Forest and Society. Prof. Krisna juga mengakomodasi dengan menjawab berbagai pertanyaan penontong pada livestreaming tersebut.
Pada pertemuan kelas berikutnya, EDG Online Course akan membahas terkait “Dutch Colonial Land Use and Governance in Indonesia 1602-1945” yang dibawakan oleh Dr. Bart Verheijen (Colonial and Global History, Leiden University, the Netherlands). Pertemuan ini juga akan ditayangkan melalui Livestreaming Youtube Channel Forest and Society pada 1 Maret 2021 pukul 15.00 WIB.