(27/01) Sebagai bagian kelima dari enam topik dalam kegiatan Online Course Forest and Nature Conservation: Achieving Sustainable Development Goals (SDGs), pada hari Rabu tanggal 27 Januari 2021 diadakan webinar mengenai Peningkatan Kualitas SDM di Bidang Kehutanan. Kegiatan Online Course diselenggarakan oleh Sebijak Institute Fakultas Kehutanan UGM dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ) Indonesia. Webinar ini menghadirkan dua pemateri, yaitu Dr. Ir. Agus Setyarso, M. Sc. dan Edy Marbyanto, S. Sos.
Dimoderatori oleh Fitria Dewi Susanti dari Sebijak Institute, Dr. Ir. Agus mengawali pemaparannya dengan membahas pentingnya SDM kehutanan yang berkualitas bagi kesuksesan pembangunan berkelanjutan dan juga kehidupan lestari. Seiring dengan waktu, dinamika pengelolaan kehutanan terus berkembang mulai dari pelestarian tegakan berbasis suksesi pohon hingga pelestarian tingkat lanskap yang cakupannya sangat luas. Sejalan dengan hal tersebut, muncullah konsep pembangunan berkelanjutan di tingkat makro.
Dalam hal pembangunan berkelanjutan, khususnya di sektor kehutanan, tiap instansi memiliki perspektif tersendiri. Sebagai contoh, FAO berfokus di tata kelola SDH, lembaga bisnis cenderung memperhatikan aspek value chain, sedangkan lembaga swadaya masyarakat memperhatikan aspek tuntutan masyarakat sebagai modal pembangunan dan kelestarian. Hal ini menyebabkan tiap pihak memiliki orientasi, aturan, dan tujuannya sendiri-sendiri.
Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Kehutanan Indonesia (LSP-HI) ini juga menyinggung mengenai posisi dan kontribusi kehutanan dalam SDGs yang bertujuan untuk mencapai target SDGs dengan skenario-skenario intervensi. Posisi kehutanan diindikasikan melalui sensor-sensor semantik yang ada dalam kebijakan seperti dokumen NDC Indonesia, UU Cipta Kerja, dan kebijakan lainnya. Dalam hal pencapaian SDGs, kehutanan dapat dianggap sebagai “a game people play” yang memiliki jenis permainan, area bermain, pemain, dan aturannya sendiri.
Seiring perkembangan zaman, aspek kelestarian hutan dan keberlanjutan perlu didefinisikan ulang. Definisi baru tersebut perlu mempertimbangkan karakter kehutanan saat ini yang multiperspektif, multidimensional, multistage, multilandscape, dan multicoupling. Untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya peningkatan kualitas SDM kehutanan melalui upaya branching (pencabangan peran) dan bounding (pengikatan cabang-cabang peran dengan soft competency) yang juga membuka bidang karier potensial yang tidak konvensional.
Sesi pematerian dilanjutkan oleh Edy Marbyanto, S. Sos. yang merupakan Senior Advisor of Human Capacity Development dari GIZ Indonesia. Sebagai pembuka, Edy menjelaskan mengenai gambaran kondisi SDM dan juga sebaran lembaga diklat KPH, serta pentingnya pelatihan berbasis kompetensi untuk mengembangkan kapasitas SDM kehutanan. Pelatihan berbasis kompetensi sebagai penguasaan kemampuan kerja (mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap) sesuai standar terdiri atas tiga komponen utama, yaitu standar kompetensi, pelatihan, dan uji kompetensi.
Edy juga membagikan pengalaman mengenai metode penyelenggaraan pelatihan KPH, terutama yang merupakan bagian dari kontribusi FORCLIME sebagai program kerja sama GIZ. Ada berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengembangan kediklatan, khususnya di lembaga diklat pemerintah, seperti keterbatasan sumber daya, dukungan, orientasi, keberlanjutan siklus pelatihan, dan dinamika lain yang memengaruhi metode pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya upaya-upaya pengembangan dan penyempurnaan metode, data, dan kapasitas sumber daya yang ada. Sebagai penutup, Edy memaparkan mengenai tren tematik pengembangan kapasitas SDM kehutanan berkaitan dengan Visi Indonesia 2045.
Materi dari kegiatan ini dapat diakses melalui link berikut ini.
Video online course dapat diakses melalui link berikut ini.