(19/11) Pusat Kajian Sejarah dan Kebijakan Kehutanan (Sebijak Institute) Fakultas Kehutanan UGM mengadakan acara Lecture Series dengan judul “Contribution of Forestry Sector in Achieving Emission Reduction Targets” pada hari Kamis, 19 November 2020 secara daring. Acara ini merupakan seri pertama dari tema besar yang mengangkat isu mengenai kesanggupan Pemerintah Indonesia dalam mencapai target penurunan emisi yang dimuat dalam dokumen National Determined Contributions (NDCs). Dokumen ini secara jelas menjelaskan akan pentingnya mengurangi penebangan pohon dan pembakaran lahan gambut sebagai salah satu cara untuk mengurangi emisi.
Kegiatan ini langsung dibuka oleh sambutan dari Dekan Fakultas Kehutanan UGM Dr. Budiadi, S.Hut., M Agr. Sc. yang kemudian di moderatori oleh ketua dari Sebijak Institute Prof. Dr. Ahmad Maryudi. Adapun yang menjadi narasumber dari kegiatan ini adalah Direktur Jendral Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) Dr. Ir. Ruandha Agung Sugadirman, M.Sc. dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Dr. Budhi Satyawan Wardhana selaku Deputi 1 Perencanaan dan Kerjasama dari Badan Restorasi Gambut (BRG) Republik Indonesia.
Dalam pemaparannya, Dirjen PPI menyampaikan bahwa KLHK telah melakukan beberapa langkah konkrit untuk menekan laju emisi karbon di Indonesia. Salah satunya merangkul masyarakat sampai ke tingkat desa dengan Program Kampung Iklim atau PROKLIM. Diharapkan dengan program ini masyarakat dapat memperkuat kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Tidak hanya itu, Beliau juga berpesan untuk tidak hanya menanam pohon saja, akan tetapi pentingnya untuk membangun hutan secara menyeluruh.
Kemudian sesi dilanjut dari pemaparan BRG terkait pentingnya konservasi lahan gambut untuk mencegah emisi. Dalam menjalankan fungsinya, BRG mempunyai visi untuk merehabilitasi 2 juta lahan gambut yang tersebar di-tujuh provinsi kunci di Indonesia. Untuk itu, BRG dengan intensif bekerja-sama dengan Pemerintah Daerah untuk memasukkan unsur restorasi lahan gambut kedalam pokok perencanaan Peraturan Daerah. Tidak hanya itu, BRG terus melakukan pemantauan dan evaluas terkait sejauh manai manfaat restorasi lahan gambut dengan menggunakan metode EX-Ante Carbon Balance Tool atau EX-ACT yang dipadukan dengan aplikasi SEPAL. Mengingat masa bakti dari BRG akan berakhir tahun ini, Beliau berharap BRG masih dapat dilanjutkan kembali sehingga dapat menginisiasi program Green Peatland Economy di tahun mendatang.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab dengan narasumber dan kata-kata penutup dari moderator.
Materi paparan dapat diunduh pada tautan berikut: https://drive.google.com/file/d/1wvQnRMdLWS1kMKsVdlvmCH_zaPjz3pKY/view?usp=sharing