Report Sebijak Talk Edisi #3 Bersama Dr. Muhammad Alif K. Sahide dan Dr. Micah R. Fisher
Riset berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Negara-negara dengan komitmen riset tinggi seperti Korea Selatan, Jepang, dan Cina memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Bagaimana dengan Indonesia? Jika dilihat dari jumlah publikasi riset, posisi Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Berdasarkan data SCImago, sepanjang 1996-2016, jumlah publikasi terindeks global Indonesia baru mencapai 54.146. Rendahnya jumlah dokumen terpublikasi internasional ini salah satunya disebaban karena sedikitnya jumlah peneliti di Indonesia. Indonesia memiliki 1.071 peneliti per 1 juta penduduk, tertinggal dari Malaysia yang memiliki 2.590 peneliti per 1 juta penduduk. Selain dari segi kuantitas, penting juga untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas. Setiap penelitian diharapkan mampu menjawab permasalahan terkini. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk memperhatikan bagaimana trend penelitian yang berkembang. Sebijak Talks #3 ini akan membahas tentang bagaimana trend penelitian kehutanan yang akan berkembang di tahun 2020, khususnya di bidang kebijakan kehutanan. Podcast ini diharapkan dapat memberi pandangan baru bagi peneliti khususnya di bidang kehutanan, sehingga mampu meningkatkan jumlah publikasi penelitian sekaligus mampu menjawab problematika kehutanan.
Untuk membahas tema ini, Sebijak Institute berkesempatan berdiskusi dengan dua orang pembicara, yaitu Dr. Muhammad Alif K. Sahide dan Dr. Micah R. Fisher. Keduanya merupakan dosen di Universitas Hasanuddin sekaligus sebagai chief editor di jurnal Forest and Society. Selain dosen di UNHAS, Dr. Micah R. Fisher juga merupakan dosen di University of Hawaii. Jurnal Forest and Society merupakan jurnal yang telah terindeks scopus dan web of sciences yang fokus meneliti tentang forest, land, and people di kawasan Asia Tenggara. Jurnal ini didirikan untuk memberikan akses kepada peneliti di kawasan Asia Tenggara untuk menyampaikan penelitiannya ke dunia internasional dan sekaligus sebagai media untuk membangun jaringan peneliti. Jurnal forest and society juga memiliki prinsip untuk menyoroti daerah-daerah yang jarang muncul, seperti Papua dan Wallacea. Dr. Alif K Sahide dan Dr. Micah Fisher menyebutkan setidaknya terdapat 6 trends riset kehutanan yang berpotensi untuk diteliti di tahun 2020, yaitu understanding changing institutions (bureaucracies and the informal), fires, floods, and climate, research-policy interface (co-production), social and community forest, agrarian change: land, labor, and mobility, technological applications and disruptive technologies.
Understanding changing institutions (bureaucracies and the informal)
Birokrasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Birokrasi menjadi penting karena tangan-tangan birokrasi ada di semua level. Birokrasi juga tidak lepas dari kepentingan aktor-aktor tertentu. Relasi birokrasi dengan kehutanan akan sangat menarik dibahas dengan menangkap fenomena yang ada. Peneliti dapat menganalisis fenomena birokrasi di kehutanan dan kaitannya dengan sustainability.
Technological applications and disruptive technologies
Teknologi telah sejak lama digunakan di sektor kehutanan, seperti penggunaan remote sensing. Dengan teknologi ini, kita dapat mengatahui seberapa besar tingkat deforestasi di suatu wilayah. Namun, selama ini teknologi baru digunakan sebagai tools untuk menghasilkan data. Topik yang menarik untuk diteliti di tahun 2020 adalah apa kelanjutan dari data yang dihasilkan teknologi ini? Akan sangat menarik untuk menganalisis bagaimana mentranslate teknologi menjadi suatu kebijakan yang bermanfaat.
Research-policy interface (co-production)
Research-policy interface bukan barang baru di riset kehutanan. Penelitian research-policy interface telah berkembang sejak tahun 2010, namun tema ini tetap menjadi hal yang menarik untuk dibahas di tahun 2020. Research-policy interface membahas tentang bagaimana aktor-aktor science mempengaruhi kebijakan. Hal-hal yang perlu dibahas seperti : bagaimana relasi antara researcher dan praktikal kebijakan? Apa yang menjembatani science dengan user? Bagaimana interaksi antara science dan user? Untuk studi kasus di Indonesia, contohnya terdapat perbedaan persepsi terkait reforma agraria oleh researcher dan user. Reforma agraria oleh user diterjemahkan sebagai program untuk bagi-bagi sertifkat/distribusi lahan. Tentunya, definisi ini sedikit bergeser dari definisi reforma agraria di dalam science.
Agrarian change: land, labor, and mobility
Sebagian besar wilayah dunia merupakan wilayah pedesaan dan hampir separuh dari populasi dunia tinggal di daerah pedesaan. Namun, riset di wilayah pedesaan masih minim jika dibandingkan dengan riset di wilayah urban. Banyakya riset di daerah urban juga dipengaruhi oleh perubahan agraria. Oleh karena itu, riset tentang perubahan agraria ini perlu diangkat kembali di tahun 2020. Topik yang dapat dapat dibahas peneiliti seperti pergeseran cara masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan, mobility dan kaitannya dengan ketahanan pangan, dan peluang potensi desa/sekitar hutan untuk menghasilkan nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti pemanfaatan ekowisata.
Social and community forestry
Saat ini social forestry telah memasuki generasi ketiga. Telah terjadi banyak pergeseran dari generasi kedua menuju generasi ketiga ini. Untuk studi kasus di Indonesia, contohnya kawasan Perhutani yang dulu dianggap tabu untuk disentuh social forestry, saat ini telah dikembangkan skema perhutanan sosial baru sebagai pengganti skema PHBM yang dianggap timpang. Selain itu, saat ini telah dikembangkan skema kemitraan konservasi, yang mana selama ini kawasan konservasi dikenal sangat sulit untuk disentuh. Terkait social and community forest, hal yang menarik untuk diteliti di tahun 2020 adalah mampukah mekanisme social forestry yang sangat sentralistik ini menaungi skema-skema di daerah yang sifatnya tradisional. Selain itu, isu akses, kelembagaan, livelihood, bagaimana mereka memperoleh keuntungan dari skema perhutanan sosial, siapa yang memperoeh manfaat, konsep keadilan, power (kaitannya dengan keterwakilan masyarakat), peluang komparatif dengan skema di negara lain merupakan topik yang menarik untuk dibahas di tahun ini.
Fires, floods, and climate
Trend climate change merupakan trend yang masih menarik untuk dibahas di tahun 2020. Banyak pergerakan telah muncul di berbagai negara untuk mengecam perubahan iklim. Ditambah lagi dengan Greta Thunberg yang menjadi sorotan dan merepresentasikan suara kaum muda dalam mengecam keseriusan pemerintah dalam menangani perubahan iklim. Banyak masyarakat yang mulai sadar dan merasakan akan dampak perubahan iklim, seperti banjir maupun kebakaran di beberapa wilayah, termasuk Indonesia. Bentuk penelitian mitigasi tampaknya telah bergeser ke arah penelitian adaptasi. Bukan lagi hanya berbicara tentang bagaimana mencegah suatu bencana, namun bagaiaman cara beradaptasi terhadap bencana.
Tentunya, keenam riset trend ini saling beririsan dan tidak dapat berdiri sendiri. Keenam riset trend ini merupakan sebagian kecil dari banyak topik yang dapat diteliti oleh peneliti bidang kehutanan. Masih banyak topik menarik yang dapat dibahas di luar 6 riset trend ini. Selain menyampaikan riset trend 2020, Dr. Alif K Sahide dan Dr. Micah R. Fisher juga menyampaikan pentingnya academic freedom untuk melahirkan penelitian bermutu. Penelitian yang berkembang di Indonesia saat ini mayoritas merupakan penelitian yang bersifat hilir. Hilirisasi penelitian ini fokus pada apa yang dibutuhkan pasar dan kebijakan. Namun demikian, penelitian yang bersifat hulu tidak boleh ditinggalkan. Penelitian yang bersifat hulu meneliti terkait sesuatu hal yang bersifat mendasar. Peneliti diharapkan mampu menyumbangkan pikirannya terhadap bidang ilmunya serta mengisi kekosongan riset yang ada. Untuk lebih lengkapnya silahkan kunjungi spotify sebijak talks.
Link: https://open.spotify.com/episode/6X3NohFflltX3le7tjtpbS?si=5kgTWRrASNaaesGqCg7YxQ