Saat ini bumi yang kita tinggali sedang tidak baik-baik saja. Sejak dimulainya penggunaan bahan bakar fosil secara masif pada abad ke-19, iklim di bumi menjadi sangat menghawatirkan. Gas-gas rumah kaca yang dihasilkan menyebabkan ozon berlubang dan memerangkap panas matahari di Bumi. Hutan yang berperan menyerap emisi gas rumah kaca di atmosfer justru mengalami kerusakan. Sejak 2011, Indonesia tergabung dalam REDD+ yang menjadi wadah bagi negara-negara di dunia untuk mengurangi emisi gas
Oleh :
Agung Nugraha (Direktur Eksekutif Wana Aksara Institute)
Indonesia adalah negara agraris. Realitas tersebut tak terbantahkan dan telah menjelma menjadi sebuah fakta. Sejarah Indonesia bahkan mencatat dengan jelas. Bahwa sejak masa kolonial sampai saat ini Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian. Pertanian menjadi bagian penting dari sumber penyediaan lapangan kerja maupun penyumbang bagi kontribusi penerimaan negara. Tentu saja pertanian dalam arti luas.
Sektor pertanian memiliki
Yuk Ikut Kompetisi “Trees of The Year”!
Dengan cara mengunggah foto atau video yang menceritakan tentang keunikan satu objek pohon, dengan ketentuan :
1. Foto disertai dengan narasi atau video dengan durasi 1-2 menit
2. Follow ig : sebijak_ugm
3. Unggah foto/video di akun instagrammu, tag sebijak_ugm, serta tag 5 orang temanmu
4. Cantumkan lokasi objek pohon tersebut
Kalian bisa secara individual atau bisa ajak teman-teman se-geng kamu untuk berpartisipasi
Dwi Laraswati – Sebijak Institute, Kandidat Doktor di Fakultas Kehutanan UGM
Beberapa pekan terakhir, halaman media cetak dan elektronik banyak dihiasi berita “perceraian” antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan WWF Indonesia. Tulisan ini dibuat bukan untuk menanggapi putusnya kerjasama antara kedua institusi tersebut yang telah terjalin kurang lebih selama 2 dekade, tetapi untuk memberikan komentar atas fenomena evolusi peran dan transformasi NGO di sektor kehutanan
Ahmad Maryudi – Sebijak Institute, Fakultas Kehutanan UGM
Dalam beberapa dekade terakhir, isu kesetaraan semakin mengemuka dalam setiap tata hubungan sosial politik. Dari perspektif moralitas, semua orang harus mendapatkan perlakuan yang sama, tak peduli dengan latar belakang dan status sosialnya.
Dilema kesetaraan
Di bidang pengelolaan sumberdaya alam, kesetaraan sudah menjadi mantra wajib, terutama dengan konsep “leveling the playing field”, yang sering diasosiasikan dengan demokrasi
Oleh : Wachjono *)
PENDAHULUAN
Saat ini sebagian dari para Rimbawan, baik yang lulusnya dengan gelar insinyur, maupun para alumni yang lulus dari Perguruan tinggi dengan gelar Sarjana Kehutanan sudah banyak yang menyandang gelar Insinyur Profesional baik IPP, IPM dan IPU. Menyandang gelar profesi bagi sebagian orang merupakan suatu “kebanggaan”, karena sudah mencapai/mempunyai gelar profesi tertentu, disamping gelar yang diperoleh dari Perguruan Tinggi tempat yang bersangkutan kuliah.
Pertanyaannya,
Oleh :
Agung Nugraha
Direktur Eksekutif Wana Aksara Institute
Indonesia identik dengan bencana. Tidak berlebihan bila negara kepulauan ini dikenal sebagai negeri rawan bencana. Sesuai data Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Resiko Bencana (UN-ISDR), wilayah dan masyarakat Indonesia memiliki kategori tertinggi untuk resiko mengalami bencana alam (BNPB, 2019). Jenis potensi bencana tersebut antara lain bahaya tsunami, letusan gunung berapi dan tanah longsor.
Sinyalemen UN-ISDR di atas
Rabu (22/01/2020) Yayasan Bina Insan dari Kabupaten Blora melakukan kunjungan ke Fakultas Kehutanan UGM. Agenda kunjungan tersebut dihadiri oleh ketua Yayasan, bapak dan ibu guru, serta siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD IT) Bina Insan kelas 4 sampai 6. Kemudian kunjungan ini merupakan salah satu rangkaian dari study trip Yayasan Bina Insan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Acara diawali dengan Sambutan dari Ibu Evi Ketua Yayasan Bina Insan, beliau menyampaikan bahwa tujuan kunjungan ini
Report Sebijak Talk Edisi #3 Bersama Dr. Muhammad Alif K. Sahide dan Dr. Micah R. Fisher
Riset berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Negara-negara dengan komitmen riset tinggi seperti Korea Selatan, Jepang, dan Cina memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Bagaimana dengan Indonesia? Jika dilihat dari jumlah publikasi riset, posisi Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Berdasarkan data
Oleh :
Agung Nugraha
Direktur Eksekutif Wana Aksara institute
Sejak pertama kali dilakukan penunjukkan kawasan konservasi pada tahun 1980, perubahan geopolitik dan perkembangan sosial, ekonomi serta dinamika pembangunan telah mendorong berbagai perubahan di kawasan konservasi. Termasuk perubahan di berbagai ekosistem bentang alam (Wiratno, 2018).
Adalah beragam aktivitas pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan oleh berbagai pihak. Satu yang pasti. Perubahan tersebut telah menyebabkan penurunan